[:id]Orasi Budaya: Dinamika Kebudayaan di Tengah Pandemi[:]

[:en]The Malang Arts Council held a discussion inviting Yusri Fajar, M.A., a lecturer of the Study Program of English Literature, Faculty of Cultural Studies (FCS) Universitas Brawijaya (UB) as the speaker in the event Cultural Oration: Cultural Dynamics in the Middle of Pandemic on Thursday (12/31/2020) at 6 p.m. The event was held via live Instagram from the @dewankesenian.malang account, it could be seen that some people were interested to join the event.

Along with Malang Arts Council’s 27th anniversary, this discussion also presented Indonesian traditional songs which are called tembang (Javanese songs) accompanied by bonangBonang is a traditional musical instrument from Central Java.

Yusri delivered an oration related to the use of technology during a pandemic, the missing aspect, and the solutions. Along with the development, technology has become increasingly sophisticated, so that the widespread use of English terms has spread throughout generations.

“We cannot avoid global culture,” he said.

Nature exploitation also occurs in various regions due to rapid technological developments. Cultural Congress in 2003, has urgently made recommendations regarding the environment which has become the main source of culture. However, it is unfortunate that these recommendations have not yet met expectations. If the exploitation of nature continues, then an environmental crisis will occur. [RRS/DTS/MSH/PR FCS][:id]

Dewan Kesenian Malang mengadakan diskusi dengan mengundang Yusri Fajar, M.A., dosen Program Studi Sastra Inggris FIB UB sebagai pemateri acara Orasi Budaya: Dinamika Kebudayaan di Tengah Pandemi pada Kamis (31/12/2020) pukul 18.00 WIB. Acara tersebut diadakan melalui live Instagram dari akun @dewankesenian.malang, terlihat beberapa orang tertarik untuk mengikuti acara tersebut.

Bersamaan dengan ulang tahun Dewan Kesenian Malang yang ke-27, diskusi ini menghadirkan tembang (lagu bahasa Jawa) diiringi alunan bonang. Bonang merupakan alat musik tradisional dari Jawa Tengah yang dimainkan dengan cara dipukul.

Yusri menyampaikan orasi terkait kegunaan teknologi di tengah pandemi, aspek yang hilang dengan penggunaan teknologi, dan solusi yang ditawarkan. Seiring berkembangnya zaman, teknologi semakin canggih sehingga maraknya penggunaan istilah bahasa Inggris sudah menjalar di seluruh generasi. Hal ini menyebabkan terjadinya pengikisan nilai budaya Indonesia.

“Kita tak bisa menghindar dari budaya global,” ungkap Yusri.

Eksploitasi alam juga terjadi di berbagai daerah akibat adanya perkembangan teknologi yang pesat. Kongres Kebudayaan tahun 2003 telah memberikan rekomendasi mengenai lingkungan hidup secara mendesak agar seluruh kekayaan dan peranan laut menjadi sumber kekayaan dan budaya yang utama. Namun sangat disayangkan, rekomendasi tersebut sampai saat ini belum sesuai harapan. Jika eksploitasi alam terus dilakukan, maka krisis lingkungan akan terjadi.

Di lain sisi, kelompok masyarakat yang percaya dengan ilmu pengetahuan tentu berharap pada para tenaga medis, sementara yang lainnya menganggap COVID-19 sebagai hukuman dari Tuhan.

Pemateri menyampaikan bahwa kebijakan budaya yang mencakup pemasaran serta konsumsi yang mengindikasikan berbagai aspek budaya harusnya bisa lebih ditekankan. [DA/DTS/MSH/Humas FIB][:]