Becoming an Indonesian delegation of an International event provides an unforgettable experience for Stevano Yosua, a student of English Literature Study Program, Faculty of Cultural Studies (FCS) Universitas Brawijaya (UB). Incorporated in JENESYS Indonesia team batch 25, he introduced the Indonesian culture in Japan.
The JENESYS Program (Japan East-Asia Network of Exchange for Students and Youth) is a scholarship program of the Ministry of Foreign Affairs, Japan coordinated by Japan International Cooperation Center (JICE) entitled Indonesian-Japan Language Communication and Culture Exchange. This Program involved ASEAN countries and East Timor. This program aims to strengthen Japan’s relation with ASEAN countries through people to people contact.
Through the selection process that was held in the middle of January 2019 by the State Minister for Youth and Sports Affairs, 22 people were chosen from all universities in Indonesia. They were departed to Japan in March 2019.
“Coming to Japan is one of my dreams since long time ago, especially after I accompany students from Hiroshima who run the Student Exchange Program in UB,” said Vano.
The entire cost of transportation and accommodation from Jakarta to Japan has paid fully by JICE. So, each delegate only set up their personal allowance during the program. A pre-departure training was held by The State Minister for Youth and Sports. Here, each delegate was given an overview related to the programs.
During eight days of visit in Japan, the delegates were elected to join various activities such as seminars, workshop and cultural exchange. In addition, the participants also conducted an official visit to governmental institutions and historical places in Tokyo and Nagano Prefecture. The participants also had the opportunity to feel the living atmosphere in Japan with local communities through homestay program.
Vano revealed that many valuable lessons were gained during the activities. He was very interested while attending a seminar entitled Japanese Modernization and Its Culture.
“In this seminar we learned that Japan is an advanced country. Through a historical perspective, strategy and culture, the seminar opened my insight that every country has an equal chance to become an advanced country depends on the actors.”
In addition, Vano has learned how each element of Japan communities supports each other to enhance the advancement in technology, social and culture. So, all of them are able to go hand in hand.
In the last session, each state representative was asked to do a presentation about anything that has been obtained during the JENESYS Program. Moreover, they were asked to present a social project and action plan that would be executed after returning to the origin countries. This presentation was done in front of the Ministry of Foreign Affairs Japan, the Ambassador of ASEAN and the top managements of JICE.
“It was a very valuable experience to represent Indonesia in the cultural exchange. Furthermore, I am a student from Cultural Studies. So there is a pride to represent my own Faculty,” he added.
In the last interview, Vano revealed never to feel embarrassed as a student of cultural studies, “We are the power of Indonesia in the field of culture. I learned a lot through this JENESYS Program. It also gives a sense of optimism for me and others. I believe that Indonesia has a great hope to be a strong country in the future”. (DT/MSH/PSIK FIB)
The news can be read hereMenjadi delegasi Indonesia di ajang internasional memberikan pengalaman yang tak terlupakan bagi Stevano Yosua, mahasiswa Program Studi Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB). Tergabung dalam tim JENESYS Indonesia angkatan 25, mahasiswa asal Blitar ini mengenalkan kebudayaan Indonesia di negeri matahari terbit, Jepang.
Program JENESYS (Japan East-Asia Network of Exchange for Students and Youth) merupakan program beasiswa dari Kementerian Luar Negeri Jepang yang dikoordinasikan oleh Japan International Cooperation Center (JICE). Mengangkat tema Indonesia-Japan Language Communication and Culture Exchange, Program ini melibatkan negara anggota ASEAN + Timor Leste dan bertujuan untuk memperkuat hubungan Jepang dengan negara-negara di ASEAN melalui people to people contact.
Melalui proses seleksi yang telah dilaksanakan pada pertengahan Januari 2019 oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (KEMENPORA), terpilihlah 22 pemuda dari seluruh universitas di Indonesia yang berangkat dikirim ke Jepang pada bulan Maret 2019.
“Dapat mengunjungi Jepang merupakan salah satu impian saya sejak dulu, apalagi setelah saya mendampingi mahasiswa asal Hiroshima yang menjalankan program pertukaran pelajar di UB. Hal ini memperkuat keinginan saya untuk dapat berkunjung ke sana” ujar pemuda yang akrab dipanggil Vano.
Seluruh biaya transportasi dan akomodasi dari Jakarta ke Jepang telah dibiayai penuh oleh JICE. Sehingga setiap delegasi hanya menyiapkan uang jajan pribadi selama program. Sebelum keberangkatan didahului dengan program pembekalan (pre-departure training) yang dilaksanakan selama satu hari oleh Kemenpora. Disini para delegasi diberikan gambaran terkait program selama di Jepang dan pelatihan pencak silat untuk ditampilkan di upacara penutupan.
Selama 8 (delapan) hari kunjungan di Jepang para delegasi terpilih mengikuti berbagai kegiatan seperti seminar, workshop, dan pertukaran budaya. Selain itu, peserta juga melakukan kunjungan resmi ke institusi pemerintahan dan tempat-tempat historis di Tokyo dan prefektur Nagano. Peserta juga berkesempatan untuk merasakan langsung tinggal di Jepang dengan masyarakat lokal melalui program homestay.
Mengenai pengalaman yang didapatkan selama program, Vano mengungkapkan banyak pelajaran berharga yang didapat selama kegiatan, terutama mengenai perkembangan sosial budaya dan tata krama masyarakat. Di sana, ia sangat tertarik ketika menghadiri seminar dengan judul Japanese Modernization and Its Culture
“Sering kali saya mendengar bahwa kapan Indonesia bisa maju. Di seminar ini kami belajar bahwasanya Jepang adalah negara yang bangkit dan menjadi maju. Melalui perspektif sejarah, strategi dan budaya. Seminar ini membuka wawasan saya, pada dasarnya setiap negara memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi negara maju. Dalam hal ini bergantung kepada aktor-aktor yang merupakan penentu dari kemajuan bangsa itu sendiri.”
Selain itu, Vano juga belajar bagaimana setiap elemen masyarakat Jepang saling bahu-membahu untuk meningkatkan kemajuan di bidang teknologi, sosial dan budaya sehingga semuanya mampu berjalan beriringan.
Di akhir kegiatan, masing-masing perwakilan negara diminta untuk melakukan presentasi mengenai hal apa saja yang telah didapatkan selama program JENESYS. Tidak hanya itu, setiap negara diminta untuk mempresentasikan projek sosial dan action plan yang akan dijalankan setelah kembali ke negara asal dalam rentan 3 bulan. Presentasi ini dilakukan di hadapan Kementerian Luar negeri Jepang, Duta Besar Negara ASEAN dan petinggi JICE.
“Sungguh pengalaman yang sangat berharga dapat mewakili Indonesia di ajang pertukaran budaya. Apalagi saya sendiri adalah mahasiswa ilmu budaya, jadi ada kebanggaan tersendiri untuk mewakili fakultas saya” tambahnya.
Diakhir wawancara, Vano mengungkapkan bahwa jangan pernah malu untuk menjadi mahasiswa ilmu budaya. “Justru kitalah yang menjadi kekuatan bagi Indonesia sebagai Negara Adidaya di bidang budaya. Saya belajar banyak di program JENESYS ini. Program ini juga memberikan rasa optimisme baru bagi diri saya dan teman teman. Melihat dari antusias dan visi misi teman teman delegasi kemarin. Saya melihat bahwa Indonesia memiliki harapan besar untuk menjadi bangsa yang kuat di masa depan”. (DT/MSH/PSIK FIB)
Berita selengkapnya dapat dibuka melalui link berikut